Rabu, 02 November 2011

AgaSta DaLam Mencontek.


Gimana ya, kok judulnya mencontek se????
Sebenarnya AgaSta tuch sudah terbiasa mencontek sejak lah
ir. Sewaktu lahir kanjeng AgaSta itu melihat sang bidan panik. Inilah saat dimana aku mencontek pertama kali. Aku sebenarnya takut untuk keluar ke dunia ini. Lha wong manusia pertama kali yang kulihat itu sudah bermuka panik. Maklum namanya juga bidan. Saat itu jugalah aku mulai menjalankan otakku dengan pikiran negatif. Ternyata bener, dunia itu tempat orang bingung. Setelah aku keluar mulailah aku mencontek mimik si Bidan dengan berwajah panik sampai-sampai aku menangis agar mimik wajah panikku terlihat lebih hebat dari si Bidan itu. Disinilah ego pertamaku untuk ‘menjadi lebih baik dari orang lain’ muncul. Tapi saat aku menangis sekeras-kerasnya aku malah melihat orang-orang tersenyum. Dan aku bukannya dikasih mainan untuk dihibur atau dikasih uang, eh malah aku dioper alihkan pada seseorang yang aku tau ternyata dia berjenis laki-laki. Dia adalah ayahku. Setelah itu aku dioper lagi pada ibuku.

Belum reda tangisku juga bersamaan dengan belum reda senyum mereka. Dan mungkin inilah kedua kalinya aku menggunakan fikiranku, “Ternyata manusia itu gila. Aku kan lagi nangis, mereka malah senyum semua.”  Dasar, padahal aku tau, kalau senyum mereka itu adalah perasaan. Mereka tersenyum dan hampir menangis. Aku juga tau kalimat yang mereka [ortuku] ucapkan. Sebenarnya mereka ingin mengatakan ‘tak pakani opo anakku iki’.

Setelah sekian lama akhirnya aku tau di dunia ini ada rasa yang dinamakan capek, atau letih, atau lelah. Mungkin ini pertama kali aku merasakannya. Saat aku meresa cukup letih, maka aku terdiam dan tidur.


Inilah sebab dimana aku selalu mencontek dan berfikiran negatif terhadap dunia.

Tidak ada komentar:

Pengunjung AgaSta Gantheng

free counters

Entri Populer Blog Ini