Malam itu bukanlah malam yang diterangi bulan purnama. Obrolan itu dimulai dari rasa cinta. Perempuan cantik itu adalah milik laki-laki disebelahnya. Manis sekali mereka berdua, tak ada lagi yang dapat memberi mereka sedih. General dan dalam rasa cinta mereka, namun entah apa yang terjadi, semoga fiksi karya agasta ini dapat menambah inspirasi anda.
Perbincangan pun dimulai. Laki-laki itu menatap kekasihnya tanpa memandang. Perlahan ia tatap wajah kekasihnya dan bertanya, sayang bukankah kau cinta padaku? kekasihnya pun menjawab iya serta mengangguk, namun tak seperti biasanya jawaban itu ia terima. Si laki-laki meneruskan pertanyaannya, kenapa kau sakiti aku? kekasihnya menjawab, maksudnya? Perbincangan sedikit berputar dan si laki laki meneruskan, bukankah kau mengetahui apa yang membuat aku sedih? Lantas kenapa kau seperti ini?
Tanpa perbincangan lagi kekasihnya yang cantik itupun pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri.
*
*
*
Keesokan hari selepas adzan subuh perempuan cantik itu keluar dari kamar dan melihat mayat yang menyedihkan, kaku duduk bersila menghadap kiblat, dari laki-laki yang selama ini ia cinta. Spontan ia berlari dan menangis bersama rasa sedihnya. Ia raih tubuh tanpa nyawa serta mendekapnya erat-erat dipelukannya. Menyedihkan sekali, di tangan kiri kekasihnya terdapat lembaran surat, kemudian dibacalah surat tersebut.
Salah satu hasil karya AgaSta KF yang dipublikasikan. Semoga menginspirasi kepada hal positif.
Perbincangan pun dimulai. Laki-laki itu menatap kekasihnya tanpa memandang. Perlahan ia tatap wajah kekasihnya dan bertanya, sayang bukankah kau cinta padaku? kekasihnya pun menjawab iya serta mengangguk, namun tak seperti biasanya jawaban itu ia terima. Si laki-laki meneruskan pertanyaannya, kenapa kau sakiti aku? kekasihnya menjawab, maksudnya? Perbincangan sedikit berputar dan si laki laki meneruskan, bukankah kau mengetahui apa yang membuat aku sedih? Lantas kenapa kau seperti ini?
Tanpa perbincangan lagi kekasihnya yang cantik itupun pergi meninggalkan laki-laki itu sendiri.
*
*
*
Keesokan hari selepas adzan subuh perempuan cantik itu keluar dari kamar dan melihat mayat yang menyedihkan, kaku duduk bersila menghadap kiblat, dari laki-laki yang selama ini ia cinta. Spontan ia berlari dan menangis bersama rasa sedihnya. Ia raih tubuh tanpa nyawa serta mendekapnya erat-erat dipelukannya. Menyedihkan sekali, di tangan kiri kekasihnya terdapat lembaran surat, kemudian dibacalah surat tersebut.
Sayang, bukankah kau tak lagi mencintaiku? kau senantiasa menyakitiku. Tak ada cinta yang dilampiaskan dengan menyakiti pasangan. Maafkan aku, karena kau tak lagi merindukanku maka aku lakukan semua ini untuk membahagiakanmu.
Jika kau bertanya kenapa bola mataku tercongkel keluar, itu karena aku ingin menjadi yang berbeda untukmu.
Jika dulu kau ingin hanya aku yang melihat wajah cantikmu maka aku jaga mataku dari melihat semua wajah selain wajah cantikmu, namun sekarang wajah cantikmu dengan hijab indah telah kau gunakan sebagai foto profil, maka karena aku ingin menjadi yang berbeda aku congkel kedua mataku untuk memastikan bahwa hanya aku laki-laki yang tak akan melihat wajah cantikmu.
Bukankah kau suka melihat pria yang anggun, rapi, dan tidak semrawut? Lihatlah pria lain, kini pakaianku telah aku cabik-cabik karena kau tak lagi memandang keadaanku, kemarinpun kau telah memalingkan diri dariku.
Sayang, taukah kamu kenapa lidah ini aku potong? itu karena aku merasa tak berguna lagi berbicara, aku potong lidah ini dan aku berikan pada kucing tetangga sebelah yang aku tahu lidahku setidaknya berguna bagi perut si kucing daripada kugunakan berbicara padamu sedangkan kau tak mau mendengarnya.
Dan kau lihat kedua telinga ini aku pukul hingga berantakan karena aku tahu, cerita mana lagi yang lebih layak dan membahagiakanku untuk kudengarkan selain cerita dari kau satu-satunya kekasihku. Sekarang kau tak lagi bicara padaku, bukankah telinga ini sudah tak berguna.
Terakhir aku potong kedua kakiku, mungkin selama ini kau marah karena aku tak selalu ada bersamamu, jadi aku potong kedua kakiku agar aku tak melangkah pergi darimu.
Dan nyawa terakhirku adalah saat dimana aku menusuk jantungku dengan pedang hiasan yang ada digenggaman tangan kananku saat ini. Ternyata lebih sakit dicampakkan kekasih daripada rasa mati. Sekarang aku tahu kenapa banyak dari mereka bunuh diri.
Pesanku terakhir adalah tersenyum, tersenyumlah, mandikanlah aku, mandikanlah aku, dan hanya kau seorang yang memandikan aku, kafanilah aku dan jangan pernah ada niatan melihat pemakamanku.
Dengan kematianku ini, semoga aku kekasihmu yang kau terlantarkan ini dapat membuktikan bahwa tidak ada yang sanggup melebihi cintaku padamu.Salah satu hasil karya AgaSta KF yang dipublikasikan. Semoga menginspirasi kepada hal positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar