Minggu, 16 Oktober 2011

Sekali Lagi Aku diTempeleng.


Ini adalah masalah sholat. Senantiasa aku kurang suka dengan siapapun yang aku rasa mengesampingkan sholat. Petama dulu aku menyaksikan seorang ‘buta’ yang sholat berjamaah. Pada saat itu aku masih SD dan statusku adalah santri di Masjid AL-Ihsan [TPA]. Saat itu aku hanya plonga-plongo. Jauh setelah itu aku banyak melihat kejadian orang cacat fisik namun senantiasa sholat berjamaah di Masjid. Untuk yang ekstrim kedua kalinya aku melihat seorang bisu. Kejadian ini terjadi selama aku kuliah. Untuk orang bisu ini beliau senantiasa duduk di dalam musholla sendiri dan jauh sebelum yang lain, karena beliau duduk manis sebelum waktu adzan masuk. Beliau seorang bisu, selang beberapa waktu aku baru tau keadaan beliau. Beliau tak pernah mau jadi imam dan setiap adzan mau masuk, maka beliau menyuruh siapa saja yang ada di musholla tersebut untuk adzan. Beliau hanya menghidupkan speaker kemudian duduk kembali menanti adzan selesai kemudian sholat sunnah 2 rakaat. Begitulah keseharian si Buta ini. Setahu saya ini terjadi setahun hampir penuh kemudian saya pindah. Besar kemungkinan yang demikian terjadi pada belia bertahun-tahun atau bahkan berpuluh-puluh tahun semenjak beliau kecil.

Peristiwa selanjutnya adalah peristiwa seorang yang buntng sebelah kakinya sampai paha. Untuk yang ini sudah pernah saya ceritakan pada posting saya terdahulu, jadi tak begitu panjang.

Peristiwa yang terakhir ini yang juga menempeleng hati saya. Seorang kakek-kakek, maksudnya kakek, seorang kakek. Beliau ini membuat hati geli. Beliau udah udzur, matanya terganggu begitu juga dengan pendengarannya. Usai magrib beliau selalu duduk menunggu isyak. Hanya sendiri. Sekali lagi hanya sendiri. Yang membuat aku merasa ditempeleng adalah kelucuannya. Saat sholat berjamaah khususnya bila hanya ada 1 atau 2 orang sebagai makmum, maka beliau sebelum waktu mengucapkan aamiin, tapi beliau sudah mengucapkannya sekalipun hanya aaam… bukan hanya itu, usai sholat dia ulurkan tangan diarah yang menggelikan, karena memang mungkin katarak ya, bayangin aja tuch.

Itu tadi insya ALLah orang-orang yang beruntung, orang pertama hanya bibirnya saja yang tak bias bicara namun  apa yang dia lakukan adalah ucapan yang benar-benar hebat, jauh melebihi ucapan mahasiswa atau dosen busuk yang cumin hanya bias bicara, atau jangan-jangan saya sendiri orang yang hanya bias bicara, audzubillahimindzalik. Astagfirullahaladziim. Untuk orang yang kedua [buntung] langkah yang ditempuh pasti dan benar, tak seperti mahasiswa, mengambil kuliah dengan jurusan tertentu yang hanya asal. Yang patut dikasihani adalah demi kuliah agama dikorbankan. atau jangan-jangan saya sendiri orang yang hanya bias bicara, audzubillahimindzalik. Astagfirullahaladziim. Untuk orang yang terakhir yang pandangan dan pendengarannya terganggu, namun hatinya tidak terganggu, kakek itu berusaha agar dapat mendengar adzan dan memperhatikan bacaan imam sekalipun tuli, tak seperti kita, dengar adzan berkumandang tetep aja persentasi, tetep aja ngomongin soal organisasi, tetep aja ngomongin politik, busuk busuk busuk, rupane busuk, atine busuk. Mari kita contoh kakek ini, kemungkinan besar kakek ini tidak pernah kenal perguruan tinggi, tapi kakek ini dapat melihat kebenaran. Tak seperti mahasiswa, melihat laptop sampek mblutak, melihat tugas kuliah sampek nyungsep, melihat keadaan organisasi sampek amoh, sungguh menyesakkan.

Kesimpulannya : Mari sisa hidup kita gunakan untuk hal positif, senantiasa beribadah setelah mengetahui dasar. Sungguh manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, orang-orang soleh,orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran, dan orang-orang yang sabar.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

perlu memeriksa:)

Agasta Khoirul F.,S.Si. mengatakan...

Iaya terimakasih teman :)

Pengunjung AgaSta Gantheng

free counters

Entri Populer Blog Ini