Senin, 04 April 2011

Prasangkaku sebelumnya, "UTS".


Gaya Hidup seseorang dipengaruhi keyakinan. [Zainudin MZ]
Yang saya tulis ini merupakana
dugaan yang terbukti kebenarannya.
Dalam ilmu sehari-hari dikatakan bahwa segala sesuatu bukanlah masalah bila sesuatu itu dapat diprediksi sebelumnya. Kita lihat Jepang yang terkena bencana, mereka paham betul bahwa bencana itu pasti datang karena setiap tahun seperti itu. Hanya saja seberapa besar dugaan sementara yang terkonkritkan pada waktu kejadian adalah saat pembuktian yang akan dihadapi dengan metode tertentu.
Hari ini 04 april 20011 adalah UTS pertamaku dengan mata kuliah PDP [Persamaan Diferensial Parsial]. Yang berbeda adalah dugaan awalku. Kalau ujian sebelumnya asumsi terhadap ujian adalah mengejar minimal 50%. Tapi hari ini aku tau itu akan tercapai. Tapi bukan ini masalahnya, sebelum ujian aku membayangkan situasi ujian. Kalau soal ujian pasti setiap orang membayangkan akan seperti apa soal yang keluar. Semakin nyata bayangan itu dan semakin kuat  keyakinan itu pasti hal tersebut akan terjadi. Kita akan berpaling sebentar, suatu hari ada seorang karyawan wanita bekerja sebagai mandor disebuah perusahaan. Diakhir bekerjanya setiap hari wanita tersebut selalu mengecek setiap ruangan yang menjadi tanggung jawabnya. Kebetulan hari itu bos dari perusahaan tersebut sedang ada hajatan. Jadi semua karyawan diliburkan untuk memenuhi undangan hajatan sang Bos. Pada saat si Wanita mengecek ruang pengawet bahan [ ruangan yang bekerja seperti kulkas] tak disangka diakhir waktu saat si Wanita masuk memeriksa ruang tersebut karyawan yang bertugas mengunci setiap ruangan juga mengunci ruang tersebut dan bergegas menghadiri hajatan bosnya. Saat itu pula si Wanita berlari dan berteriak untuk membuka kembali, namun semua sia-sia karena ruang tersebut dilapisi baja tebal untuk menjaga suhu ruangan. 30 menit berlalu si Wanita kedinginan dan mengambil secarik kertas dari dalam tasnya lalu menuliskan wasiatnya.............................................................................................................................................. keesokan harinya karyawan yang bertugas membuka ruang itu terkejut karena melihat wanita yang terbujur kaku. Setelah diperiksanya ternyata wanita itu telah meninggal. Ini adalah salah satu bentuk keyakinan akan suatu hal. Wanita tersebut sudah mati sebelum kematiannya. Dia menulis wasiat karena sadar dia akan meninggal sebelum esok. Akhir cerita adalah saat diperiksa suhu ruangan ternyata suhu tersebut hanya 28° C. Seharusnya wanita tersebut dapat bertahan. Tapi, karena keyakinan, ia putus asa. Seperti itulah kita, kadang kita merasa suatu cobaan yang menimpa kita sudah sangat berat, tapi saat diukur ternyata cobaan kita hanya 30° C saja. Sangat tidak ada apa-apanya dengan manusia dibelahan bumi lain yang merasakan cobaan dibawah 0°.

Kembali pada prediksi, malam sebelum ujian aku melihat esok, ‘sepertinya besok teman-temanku yang biasa duduk depan mendapat atau duduk dibagian belakang. Ternyata hal ini benar. Selanjutnya, besok pasti aku datang tepat waktu dan mendapat duduk dibagian depan sendiri tanpa teman atau dibelakang sendiri. Tentunya aku pilih belakang. Ternyata benar, aku duduk disebelah pojok kiri bagian belakang. [aku mahasiswa terakhir yang datang]. Setelah itu aku mengerjakan soal yang biasa diprediksi mahasiswa lainnya [sama dengan kebanyakan]. Dan tentunya hal ini benar. Saat ujian berlangsung aku berada tepat dibelakang temanku, masalahnya kami melakukan gerakan yang mungkin mencurigakan bagi dosen, aku paham betul seperti apa gerakan mencurigakan tersebut, soalnya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama yowez ngono iku, dan diperkuat saat aku berada di kampus SMA. So, aku yakin betul gerakan itu. Dugaanku kali ini adalah wah pasti dosen curiga. Kejadian selanjutnya saat ujian usai bapak dosen mengabsen satu-persatu, kecurigaanku semakin akan terbukti. Apalagi saat nama-nama [orang mencurigakan] disebut bapak dosen berhenti sejenak sambil menulis dengan gerakan transparan [sehebat apapun menulis rahasia pasti gerakan tangan terlihat]. Nach, sewaktu usai ngabsen nich, bapak dosen menyuruh kami untuk ngaku bagi kami yang mencontek, terus tak ada yang ngaku. Muncullah satu persatu nama yang disebutkan [termasuk aku]. Terbuktilah pandanganku terhadap peristiwa ini. Sekalipun aku tak berbicara pada temanku, tapi aku ingin mengatakan, astagfirullah, aku sama sekali tak mencontek. AKU SAMA SEKALI TAK MENCONTEK.  Aku SaMa SekaLi tak MeNcoNtek, άKu s@Mα S€KαLί ťάk fflℓηçőΠťέк.

Mungkin untuk inilah kita sekolah, mungkin untuk inilah kita kuliah, mungkin untuk inilah kita belajar, mungkin untuk inilah kita bersosialisasi, mungkin untuk inilah kita berorganitrasi [red:berorganisasi].
Karena dengan ini lah syarat perlu untuk hidup tenang [red:ikhlas]

Kesimpulannya : Alhamdulillahirobbailalamiin.,-

Pengunjung AgaSta Gantheng

free counters

Entri Populer Blog Ini