Jumat, 28 Juni 2013

Zafira. Bagian 1



Download backsoundnya KLIK disini :


Selamat Membaca: 
Create 27 Juni 2013
Lihatlah ke langit, pagi begitu cerah, suasana asri disempurnakan dengan suara burung. Terdengar kajian dari radio menambah sempurnanya hati pada pagi yang sempurna. Belum ada lalu lalang mobil di depan perumahan Landungsari, bahkan satu motorpun belum terlihat kecuali motor si Ayah Zafira yang baru saja turun dari masjid menunaikan sholat Subuh.
Dari dalam kamar terdengar taawudz yang artinya tanda akan dimulai tilawah bacaan Quran. Suara itu adalah suara ayah Zafira, beliau sudah terbiasa seusai sholat subuh di Masjid langsung melanjutkan dengan membaca AL-Quran dan disebelahnya ibu Zafira menyimak dengan penuh keimanan pada ALLAH dan rasa sayang pada suaminya. Kalau Charlie Chaplin mengatakan hari tanpa tertawa adalah hari yang terbuang, mungkin bagi ayah dan ibu Zafira dapat dikiaskan bahwa hari tanpa AL-Quran adalah hari yang hilang.
Waktu pun berpindah, matahari telah mencapai sepenggalah, ayah Zafira dan ibu Zafira bersiap untuk menghadapi hari. Terlihat sarapan tersedia dimeja makan seperti  sarapan orang elite. Nasi putih, tahu, tempe,  sambel trasi dan kemangi, serta gelas air putih yang berada tersusun rapi. Mungkin para tetangga atau siapapun orangnya bertanya, sarapan orang elite dibagian mananya, lha wong cuman segitu doank? Hahaha, kita manusia adalah hidup ditempat fana, jadi kalau dosa dibalut tipuan akan terlihat amal kebaikan dan lumrah, begitu sebaliknya, amal kebaikan dan syariat yang benar akan terlihat tidak baik oleh mata-mata yang berdosa. Sarapan keluarga Zafira adalah sarapan simpel, tapi bagian elite terdapat di banyak segi. Bagaimana tidak elite kalau sebelum memasak ibu Zafira menemani suaminya sholat malam, kemudian berboncengan ke masjid menunaikan sholat subuh berjamaah, dan dilanjutkan membaca AL-Quran bersama, hingga akhirnya ibunya memasak sarapan. Koki mana yang sanggup memasak demikian? Koki kelas international? Istri mana yang sanggup memasak dengan cara demikian, melainkan istri sholehah.
Usai makan Zafira kembali ke kamarnya. Ia tertunduk lemas, terlihat wajah manisnya tertunduk penuh kekhawatiran. Keadaan ini sudah dimulai saat ayah dan ibu Zafira datang dari masjid, subuh tadi. Ibu Zafira hanya membatin, ada apa dengan anakku.
Lama sekali, Zafira masih belum beranjak di depan Laptopnya, namun kedua tangannya hanya merangkul  kedua kakinya. Mata Zafira merah, berkaca-kaca, apakah dia menangis? Entahlah, Zafira hanya diam sekian lama. Tiba-tiba ibunya memanggil, Zafira, sudah jam 10:00 sudah sholat duha belum, ayo buruan sholat duha dulu. Dalam hati ibu Zafira ingin memeluk Zafira, ingin memberikan kehangatannya dan mengambil seluruh kekhawatirannya.
Setelah sholat duha Zafira bertindak hal yang sama yaitu kembali ke kamar. Zafira, coba kemari sebentar, panggil ibunya sebelum Zafira duduk di depan laptopnya .
Ibu dan anak tersebut duduk bersebelahan, dirangkullah Zafira dengan hangat, dan ibunya bertanya, Zafira anakku sayang, beberapa hari ini ibu melihat perubahan pada dirimu, dimana senyum manis anakku, coba ceritakan pada ibu, ada apa sebenarnnya?
“Tidak ada apa-apa ibu, Zafira baik-baik saja.” Jawab Zafira.
Ibunya tersenyum, Zafira, kamu sudah dewasa, kamu tahu bagaimana ibu terhadap anak, apakah  seorang ibu tidak tahu saat anaknya bersedih, apakah seorang ibu tidak merasakan yang demikian, Zafira kenapa, bukankah beberapa bulan lagi kamu sudah wisuda, kenapa kamu bersedih?
Zafira meneteskan air mata, dirangkullah ibunya sambil menangis, lebih keras dan lebih keras lagi. Cukup lama peristiwa tangisan Zafira, ibunya hanya mengelus-elus kepala anaknya.
Dengan Istigfar Zafira mengangkat kepalanya dan berkata, “maaf ibu,”
Ibunya tersenyum kembali dan betanya, “iya, ceritakanlah pada ibu Zafira,”
Sambil terisak Zafira memulai mencurahkan hati pada ibunya,
Maaf ibu, sudah beberapa tahun aku telah menjalin hubungan dengan seorang laki-laki, dia baik sekali, setia, dan jujur ibu. Dia juga taat beribadah. Kami sering smsan,  sesekali kita makan bersama, dia janji setia dan bersama aku. Aku percaya itu dan memang bertahun-tahun demikian kesetiaan dia. Tapi suatu ketika dia menjauh, mungkin karena aku berkata bahwa aku ingin mendalami studi dan agamaku. Ibu, masalahnya dia meninggalkan aku. Terakhir aku melihat foto dia bersama orang lain. Ibu.
Semakin deras isak tangis Zafira. Ibunya mengerti dan ingin memasuki hati Zafira lebih dalam, namun ibunya pun kebingungan, anakku kini sudah dewasa, sudah mengerti cinta, dan dia berusaha memperjuangkan cintanya.
Lantas ibunya menasehati, “Zafira, bukankah kita belajar agama islam? Bukankah kau dilahirkan dalam keadaan fitrah islam? Bukankah kau sudah 22 tahun hidup sebagai muslimah? Bukankah kau taat beribadah? Bukankah kau telah banyak membaca buku-buku islam, tentang sejarah, biografi, filsafat, fiqih dan semua perintah dan larangan yang ada pada agama kita? Zafira, bersedih boleh saja, namun semangat beribadahmu tak boleh kendur, ibu lihat sholatmu sering terlambat, bacaan Quranmu sedikit terganggu, kau lupa bahwa kau makhluk ALLAH? Tidakkah malaikat bersedih ketika hambanya yang senantiasa beribadah dengan cinta terlihat berkaca-kaca? Zafira, kekuatan islam itu adalah kekuatan ALLAH, istigfar nak, segalanya adalah kehendak dari ALLAH, mintalah nak, berdoalah, setia pada ALLAH nak, biarkan ALLAH memberikan jaLanNya. Minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Sebentar lagi bulan Ramadhan tiba, ayo Zafira anakku, hapus air mata itu, gantilah dengan basuhan wudlu, bergegaslah cari ALLAH, jika memang kau terpaksa menangis maka menangislah ditempat ALLAH menyukai tangisan itu, bangunlah sholat tahajud, mohon ampun, berdoa, dan menangislah dalam kondisi demikian. J
Sambil tersenyum Zafira membatin:
Ibu, hari ini tepat satu tahun aku diputuskan secara sepihak.
Ibu, sering aku menangis didalam tahajudku, aku meminta apa yang aku inginkan ibu, namun aku merasa setahu ini selama kepergian di, aku merasa semakin dijauhkan dengan dia. Tapi ibu, maafkan anakmu yang berusaha tetap berdoa untuk meminta dia bersamaku ibu. Maafkan Zafira ibu, doa buat ibu terbagi dengan doa terhadap dia, maafkan Zafira juga ayah, doa buat ayahpun terbagi untuk meminta dia sebagai pendamping hidupku.
Zafira sedih ibu, Zafira sedih.
Zaira pasrah terhadap ketetapan ALLAH.
Namun, didalam kepasrahan ini Zafira masih tetap berdoa hal yang sama, sekalipun dia telah berubah, tapi Zafira setia berdoa meminta kembali dia.
Sekali lagi maafkan anakmu.

Sambil mendongakkan kepalanya Zafira tersenyum dan berkata, “Ibu adalah yang terbaik. Ibadah Zafira akan semakin rajin lagi bu, Zafira selalu semangat ibu. Zafira sayang ibu.”
By : AgaSta KhoiruL F

La Takhaf Wa La Tahzan, Innallaha ma’ana.

Tidak ada komentar:

Pengunjung AgaSta Gantheng

free counters

Entri Populer Blog Ini