Download backsoundnya KLIK disini :
Selamat Membaca:
Create 27 Juni 2013
Lihatlah ke langit, pagi begitu cerah, suasana asri
disempurnakan dengan suara burung. Terdengar kajian dari radio menambah
sempurnanya hati pada pagi yang sempurna. Belum ada lalu lalang mobil di depan
perumahan Landungsari, bahkan satu motorpun belum terlihat kecuali motor si
Ayah Zafira yang baru saja turun dari masjid menunaikan sholat Subuh.
Dari dalam kamar terdengar taawudz yang artinya tanda akan
dimulai tilawah bacaan Quran. Suara itu adalah suara ayah Zafira, beliau sudah
terbiasa seusai sholat subuh di Masjid langsung melanjutkan dengan membaca
AL-Quran dan disebelahnya ibu Zafira menyimak dengan penuh keimanan pada ALLAH
dan rasa sayang pada suaminya. Kalau Charlie Chaplin mengatakan hari tanpa
tertawa adalah hari yang terbuang, mungkin bagi ayah dan ibu Zafira dapat
dikiaskan bahwa hari tanpa AL-Quran adalah hari yang hilang.
Waktu pun berpindah, matahari telah mencapai sepenggalah,
ayah Zafira dan ibu Zafira bersiap untuk menghadapi hari. Terlihat sarapan
tersedia dimeja makan seperti sarapan
orang elite. Nasi putih, tahu, tempe,
sambel trasi dan kemangi, serta gelas air putih yang berada tersusun
rapi. Mungkin para tetangga atau siapapun orangnya bertanya, sarapan orang
elite dibagian mananya, lha wong cuman segitu doank? Hahaha, kita manusia
adalah hidup ditempat fana, jadi kalau dosa dibalut tipuan akan terlihat amal
kebaikan dan lumrah, begitu sebaliknya, amal kebaikan dan syariat yang benar
akan terlihat tidak baik oleh mata-mata yang berdosa. Sarapan keluarga Zafira
adalah sarapan simpel, tapi bagian elite terdapat di banyak segi. Bagaimana
tidak elite kalau sebelum memasak ibu Zafira menemani suaminya sholat malam,
kemudian berboncengan ke masjid menunaikan sholat subuh berjamaah, dan
dilanjutkan membaca AL-Quran bersama, hingga akhirnya ibunya memasak sarapan.
Koki mana yang sanggup memasak demikian? Koki kelas international? Istri mana
yang sanggup memasak dengan cara demikian, melainkan istri sholehah.
Usai makan Zafira kembali ke kamarnya. Ia tertunduk lemas,
terlihat wajah manisnya tertunduk penuh kekhawatiran. Keadaan ini sudah dimulai
saat ayah dan ibu Zafira datang dari masjid, subuh tadi. Ibu Zafira hanya
membatin, ada apa dengan anakku.
Lama sekali, Zafira masih belum beranjak di depan Laptopnya,
namun kedua tangannya hanya merangkul
kedua kakinya. Mata Zafira merah, berkaca-kaca, apakah dia menangis?
Entahlah, Zafira hanya diam sekian lama. Tiba-tiba ibunya memanggil, Zafira,
sudah jam 10:00 sudah sholat duha belum, ayo buruan sholat duha dulu. Dalam
hati ibu Zafira ingin memeluk Zafira, ingin memberikan kehangatannya dan
mengambil seluruh kekhawatirannya.
Setelah sholat duha Zafira bertindak hal yang sama yaitu
kembali ke kamar. Zafira, coba kemari sebentar, panggil ibunya sebelum Zafira
duduk di depan laptopnya .
Ibu dan anak tersebut duduk bersebelahan, dirangkullah
Zafira dengan hangat, dan ibunya bertanya, Zafira anakku sayang, beberapa hari
ini ibu melihat perubahan pada dirimu, dimana senyum manis anakku, coba
ceritakan pada ibu, ada apa sebenarnnya?
“Tidak ada apa-apa ibu, Zafira baik-baik saja.” Jawab
Zafira.
Ibunya tersenyum, Zafira, kamu sudah dewasa, kamu tahu
bagaimana ibu terhadap anak, apakah
seorang ibu tidak tahu saat anaknya bersedih, apakah seorang ibu tidak
merasakan yang demikian, Zafira kenapa, bukankah beberapa bulan lagi kamu sudah
wisuda, kenapa kamu bersedih?
Zafira meneteskan air mata, dirangkullah ibunya sambil
menangis, lebih keras dan lebih keras lagi. Cukup lama peristiwa tangisan
Zafira, ibunya hanya mengelus-elus kepala anaknya.
Dengan Istigfar Zafira mengangkat kepalanya dan berkata,
“maaf ibu,”
Ibunya tersenyum kembali dan betanya, “iya, ceritakanlah
pada ibu Zafira,”
Sambil terisak Zafira memulai mencurahkan hati pada ibunya,
Maaf ibu, sudah beberapa tahun aku telah menjalin hubungan
dengan seorang laki-laki, dia baik sekali, setia, dan jujur ibu. Dia juga taat
beribadah. Kami sering smsan, sesekali
kita makan bersama, dia janji setia dan bersama aku. Aku percaya itu dan memang
bertahun-tahun demikian kesetiaan dia. Tapi suatu ketika dia menjauh, mungkin
karena aku berkata bahwa aku ingin mendalami studi dan agamaku. Ibu, masalahnya
dia meninggalkan aku. Terakhir aku melihat foto dia bersama orang lain. Ibu.
Semakin deras isak tangis Zafira. Ibunya mengerti dan ingin
memasuki hati Zafira lebih dalam, namun ibunya pun kebingungan, anakku kini
sudah dewasa, sudah mengerti cinta, dan dia berusaha memperjuangkan cintanya.
Lantas ibunya menasehati, “Zafira, bukankah kita belajar
agama islam? Bukankah kau dilahirkan dalam keadaan fitrah islam? Bukankah kau
sudah 22 tahun hidup sebagai muslimah? Bukankah kau taat beribadah? Bukankah kau
telah banyak membaca buku-buku islam, tentang sejarah, biografi, filsafat,
fiqih dan semua perintah dan larangan yang ada pada agama kita? Zafira,
bersedih boleh saja, namun semangat beribadahmu tak boleh kendur, ibu lihat
sholatmu sering terlambat, bacaan Quranmu sedikit terganggu, kau lupa bahwa kau
makhluk ALLAH? Tidakkah malaikat bersedih ketika hambanya yang senantiasa beribadah
dengan cinta terlihat berkaca-kaca? Zafira, kekuatan islam itu adalah kekuatan
ALLAH, istigfar nak, segalanya adalah kehendak dari ALLAH, mintalah nak,
berdoalah, setia pada ALLAH nak, biarkan ALLAH memberikan jaLanNya. Minta tolonglah
dengan sabar dan sholat. Sebentar lagi bulan Ramadhan tiba, ayo Zafira anakku,
hapus air mata itu, gantilah dengan basuhan wudlu, bergegaslah cari ALLAH, jika
memang kau terpaksa menangis maka menangislah ditempat ALLAH menyukai tangisan
itu, bangunlah sholat tahajud, mohon ampun, berdoa, dan menangislah dalam
kondisi demikian. J
“
Sambil tersenyum Zafira membatin:
Ibu, hari ini tepat satu tahun aku diputuskan secara
sepihak.
Ibu, sering aku menangis didalam tahajudku, aku meminta apa
yang aku inginkan ibu, namun aku merasa setahu ini selama kepergian di, aku
merasa semakin dijauhkan dengan dia. Tapi ibu, maafkan anakmu yang berusaha
tetap berdoa untuk meminta dia bersamaku ibu. Maafkan Zafira ibu, doa buat ibu
terbagi dengan doa terhadap dia, maafkan Zafira juga ayah, doa buat ayahpun
terbagi untuk meminta dia sebagai pendamping hidupku.
Zafira sedih ibu, Zafira sedih.
Zaira pasrah terhadap ketetapan ALLAH.
Namun, didalam kepasrahan ini Zafira masih tetap berdoa hal
yang sama, sekalipun dia telah berubah, tapi Zafira setia berdoa meminta
kembali dia.
Sekali lagi maafkan anakmu.
Sambil mendongakkan kepalanya Zafira tersenyum dan berkata, “Ibu
adalah yang terbaik. Ibadah Zafira akan semakin rajin lagi bu, Zafira selalu
semangat ibu. Zafira sayang ibu.”
By : AgaSta KhoiruL F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar